Kamis, 23 Februari 2012

PELANGI

Entah kapan terakhir kali aku melihat pelangi. Sungguh surprise memang sore itu, tak disangka pelangi itu muncul dengan tiba-tiba. Pulang kantor langit memang sudah terlihat mendung. Segera kugeber Honda Vario-ku pulang menuju mess. Alhamdulillah selamat dari hujan. Tapi karena Pak Kabul (temen mess sekaligus Kasi Pabean) sedang sakit dan minta tolong dibeliin bubur, maka belum sempet kubuka helm aku segera cabut lagi. Yah kira-kira 5 km lah jarak rumah makan yang jual bubur. Di sinilah aku sempetin memfoto pelangi itu. Walaupun cuman dengan kamera hape Nokia E72 tapi yah cukup lumayan lah.
Setibanya di tempat yang jual bubur, aku sengaja mencicipnya dulu sekaligus buat makan malam. Karena perut meronta-ronta kala mata ini melihat paket bubur komplet. wkwkwk.....
Dan ketika tiba waktunya pulang, alhamdulillah, ternyata hujan telah turun. Apa mau dikata, terpaksa pake jas hujan. Soalnya adzan maghrib sudah sayup-sayup terdengar.
Pelangi (bianglala) sebenarnya adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada waktu terjadi hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras. Jika dilihat dari warnanya kita tentu ingat waktu SD dulu pak Guru kita ngasih hafalan "mejikuhibiniu"yang artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila (lembayung), dan ungu. Kalo warna-warna itu berdiri sendiri-sendiri tentu kurang indah jika dilihat. Tapi begitu bersatu menjadi pelangi, keindahan itu membuat kita sadar akan kuasa-Nya. Subhanallah....
Pun demikian dengan kita hidup di masyarakat, keluarga maupun tempat kerja. Dengan sifat dan pribadi yang berbeda-beda, sungguh kurang etis jika kita muncul sendirian dengan ego kita. Tapi dengan kebersamaan dan kekompakan, Insya Allah kita bisa memberi warna kepada lingkungan kita layaknya "bianglala".....

Minggu, 12 Februari 2012

Tugas Baru, Pengalaman Baru.


10 tahun sudah aku menjadi abdi negara di Kementerian Keuangan. Beberapa kota sudah pernah menjadi lokasi persinggahan dinasku. Mulai dari Jakarta, Bandar Lampung, Jakarta lagi, dan akhirnya Banjarmasin hingga sekarang. Semua kota itu memiliki makna tersendiri bagiku. Jakarta, jelas kota ini yang membuat aku masuk kerja di instansi ini. Disini aku kuliah, magang, hingga direkrut jadi PNS. Bandar Lampung, kota di Sumatera yang paling dekat dengan pulau Jawa. Makanya hidup di kota ini gak terasa kalo kita lagi di luar Jawa. Banjarmasin, ini baru terasa luar Jawanya. (harga tiketnya juga kerasa bangett..)
Sebenarnya kota ini cukup ramai. Hampir semua fasilitas ada. Makanan franchise dari negeri barat sono-pun ada di kota ini. Jalanan macet oleh banyaknya mobil dan motor. Tapi sayang, kebersihan kota ini kurang terjaga. Bagiku sih memang agak susah ngaturnya, karena kota ini memang banyak memiliki sungai. Tanahnyapun mayoritas rawa. Makanya hampir semua rumah disini berbentuk panggung.
Sebenarnya dinas di luar Jawa bukan suatu masalah jika kita masih bujangan. Tapi kalo sudah punya keluarga, gimana? Pastinya akan dihadapkan pada pilihan : membawa serta keluarga atau tidak? Untungnya hal ini sudah kami antisipasi jauh-jauh hari. Aku dan istri sudah sepakat untuk menjadikan Jakarta sebagai home base. Artinya, jika aku dinas di luar Jakarta, maka aku yang harus wira-wiri pulang ke rumah. Paling tidak sampai anak-anak sudah cukup dewasa untuk mengatur dirinya sendiri. Yang jelas semua keputusan pasti mengandung konsekuensi. Pun demikian dengan hal ini, konsekuensinya adalah banyak uang tersedot untuk biaya transportasiku. Jadi demi penghematan anggaran APBN, maka selama di Banjarmasin aku putuskan 2 minggu sekali aku pulang ke Jakarta.
Yah semoga semua baik-baik saja selama aku dinas di Banjarmasin. Beruntung aku punya istri yang sabar. Yang bisa membimbing anak-anak selagi aku tidak ada disampingnya. Selain dia harus memikirkan pekerjaan di kantornya. Terima kasih istriku....