Selasa, 29 Mei 2012

Sing to me the song of the stars.
Of your galaxy dancing and laughing and laughing again.
When it feels like my dreams are so far
Sing to me of the plans that you have for me over again.

So I lay my head back down.
And I lift my hands and pray
To be only yours, I pray, to be only yours
I know now, you're my only hope.

Selasa, 15 Mei 2012

Meniadakan Yang Ada.


Judul yang aneh, tapi ambigu. Menarik untuk dikomentarin. Berhubung sebentar lagi ada seminar dari KPK di sesi terakhir diklatku ini, so, nanti kita lanjut lagi masbro. Menjadi tua itu pasti, membuat hidup bermakna itu pilihan.

------------- 11.00WIB

Ceramah KPK.

-------------13.00 WIB

Kembali ke judul posting. Kalo sepintas kita baca, pasti dugaan kita melayang pada Sunnatullah. Bisa benar bisa nggak. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Kalo saya sih lebih seneng membacanya dalam sudut pandang yang luas. Sengaja gambar diatas diambil dari pesawat Sukhoi Superjet 100 yang baru saja menabrak tebing di gunung Salak Bogor. Pesawat yang dianggap sudah termasuk kategori canggih, dengan pilot yang sangat berpengalaman, akan tetapi tidak bisa melawan takdir. Semoga saja tidak ada orang yang berusaha meniadakan-Nya, namun jika memang ada, sudah sangat jelas jawaban dari-Nya.
Suatu saat ketika kita merasakan makan yang luar biasa enak di rumah, kita wajib berterima kasih kepada istri atau pembantu kita yang memasak. Tapi tetap saja, untuk urusan bersyukur atas makanan tersebut hanya kita ucapkan kepada Allah SWT.
Manusia mengenal adab. Kepada siapa harus bersikap sopan, ramah, berbakti dan lain sebagainya. Rutinitas terkadang membuat kita melupakannya. Materi bisa membuatnya menjadi abu-abu. Allah sesungguhnya sangat dekat dengan kita, namun banyak sekali orang yang merasa jauh dari-Nya. Apalagi manusia?
Surga. Ya, kata itulah yang menjadi tujuan hidup bagi semua manusia. Sudahkah anda memikirkannya?  Allah sudah berjanji bahwa surga dapat dimasuki melalui beberapa pintu. Adakah perantara? Wawallahu 'alam, namun yang jelas seorang anak bisa mendoakan orang tuanya yang sudah tiada. Dan orang tua bisa diusir dari surga gara-gara anaknya yang tidak pernah diajari sholat. Saya yakin, sesuatu yang sudah ditentukan sebagai nilai ibadah oleh Allah SWT bisa menjadi perantara kita masuk surga. Entah dengan memberi nafkah orang miskin, berbakti pada orang tua, menghormati guru, istri/suami, dll. Tidak ada yang mubadzir semua yang diciptakan oleh Allah bagi seluruh umat manusia.
Sering kali kita memang menganggap sepele orang-orang yang berada dekat dengan kita, akan tetapi tanpa adanya dia semua orang merasa sangat kehilangan. Dapat kita bayangkan jika di kantor kita tidak ada tukang sapu sama sekali. Atau tidak ada tukang ambal ban di pinggir jalan. Memang hanya segelintir orang yang masih melihat mereka ketika melintas di depannya. Lain halnya jika kita sedang sial karena ban motor kita kempes oleh paku. Pasti setengah mati kita berusaha mencarinya. Itulah manusia. Tersadar ketika kita sangat membutuhkannya. Tersadar ketika orang itu sudah tiada disisinya. Tersadar ketika orang itu sudah jauh darinya. Tersadar bahwa dirinya sangat membutuhkannya.
Menangkap sesuatu yang tidak nyata memang tidak mudah. Apalagi bila hal tersebut adalah kepribadian, ketauladanan, nilai hidup, prinsip, atau yang lainnya. Semoga kita semua dapat melihat gajah di pelupuk mata kita.

Kamis, 23 Februari 2012

PELANGI

Entah kapan terakhir kali aku melihat pelangi. Sungguh surprise memang sore itu, tak disangka pelangi itu muncul dengan tiba-tiba. Pulang kantor langit memang sudah terlihat mendung. Segera kugeber Honda Vario-ku pulang menuju mess. Alhamdulillah selamat dari hujan. Tapi karena Pak Kabul (temen mess sekaligus Kasi Pabean) sedang sakit dan minta tolong dibeliin bubur, maka belum sempet kubuka helm aku segera cabut lagi. Yah kira-kira 5 km lah jarak rumah makan yang jual bubur. Di sinilah aku sempetin memfoto pelangi itu. Walaupun cuman dengan kamera hape Nokia E72 tapi yah cukup lumayan lah.
Setibanya di tempat yang jual bubur, aku sengaja mencicipnya dulu sekaligus buat makan malam. Karena perut meronta-ronta kala mata ini melihat paket bubur komplet. wkwkwk.....
Dan ketika tiba waktunya pulang, alhamdulillah, ternyata hujan telah turun. Apa mau dikata, terpaksa pake jas hujan. Soalnya adzan maghrib sudah sayup-sayup terdengar.
Pelangi (bianglala) sebenarnya adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada waktu terjadi hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras. Jika dilihat dari warnanya kita tentu ingat waktu SD dulu pak Guru kita ngasih hafalan "mejikuhibiniu"yang artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila (lembayung), dan ungu. Kalo warna-warna itu berdiri sendiri-sendiri tentu kurang indah jika dilihat. Tapi begitu bersatu menjadi pelangi, keindahan itu membuat kita sadar akan kuasa-Nya. Subhanallah....
Pun demikian dengan kita hidup di masyarakat, keluarga maupun tempat kerja. Dengan sifat dan pribadi yang berbeda-beda, sungguh kurang etis jika kita muncul sendirian dengan ego kita. Tapi dengan kebersamaan dan kekompakan, Insya Allah kita bisa memberi warna kepada lingkungan kita layaknya "bianglala".....

Minggu, 12 Februari 2012

Tugas Baru, Pengalaman Baru.


10 tahun sudah aku menjadi abdi negara di Kementerian Keuangan. Beberapa kota sudah pernah menjadi lokasi persinggahan dinasku. Mulai dari Jakarta, Bandar Lampung, Jakarta lagi, dan akhirnya Banjarmasin hingga sekarang. Semua kota itu memiliki makna tersendiri bagiku. Jakarta, jelas kota ini yang membuat aku masuk kerja di instansi ini. Disini aku kuliah, magang, hingga direkrut jadi PNS. Bandar Lampung, kota di Sumatera yang paling dekat dengan pulau Jawa. Makanya hidup di kota ini gak terasa kalo kita lagi di luar Jawa. Banjarmasin, ini baru terasa luar Jawanya. (harga tiketnya juga kerasa bangett..)
Sebenarnya kota ini cukup ramai. Hampir semua fasilitas ada. Makanan franchise dari negeri barat sono-pun ada di kota ini. Jalanan macet oleh banyaknya mobil dan motor. Tapi sayang, kebersihan kota ini kurang terjaga. Bagiku sih memang agak susah ngaturnya, karena kota ini memang banyak memiliki sungai. Tanahnyapun mayoritas rawa. Makanya hampir semua rumah disini berbentuk panggung.
Sebenarnya dinas di luar Jawa bukan suatu masalah jika kita masih bujangan. Tapi kalo sudah punya keluarga, gimana? Pastinya akan dihadapkan pada pilihan : membawa serta keluarga atau tidak? Untungnya hal ini sudah kami antisipasi jauh-jauh hari. Aku dan istri sudah sepakat untuk menjadikan Jakarta sebagai home base. Artinya, jika aku dinas di luar Jakarta, maka aku yang harus wira-wiri pulang ke rumah. Paling tidak sampai anak-anak sudah cukup dewasa untuk mengatur dirinya sendiri. Yang jelas semua keputusan pasti mengandung konsekuensi. Pun demikian dengan hal ini, konsekuensinya adalah banyak uang tersedot untuk biaya transportasiku. Jadi demi penghematan anggaran APBN, maka selama di Banjarmasin aku putuskan 2 minggu sekali aku pulang ke Jakarta.
Yah semoga semua baik-baik saja selama aku dinas di Banjarmasin. Beruntung aku punya istri yang sabar. Yang bisa membimbing anak-anak selagi aku tidak ada disampingnya. Selain dia harus memikirkan pekerjaan di kantornya. Terima kasih istriku....